Kamis, 21 Juni 2012

komputer dan media pembelajaran



JUDUL BUKU        :     KREATIF MENGEMBANGKAN MEDIA PEMBELAJARAN
PENGARANG        :     Dr.rer.nat.H. Rayandra Asyhar, M.Si.
PENERBIT             :     Gaung Persada Pres

Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat membawa informasi atau pesan dalam interaksi dalam proses pembelajaran. Penggunaan sumber belajar dan media pembelajaran merupakan suatu strategi dalam pembelajaran.
Untuk penggunaannya media pembelajaran selalu dilandasi oleh aspek sejarah, psikologis, dan empirik. Sejarah penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat menjelaskan ide yang abstrak (penjelasan perbal) dan dapat memudahkan perta didik terhadap pesan-pesan pembelajaran. Dari aspek psikologis, penggunaan media dalam pembelajaran dapat menyediakan rangsangan bermacam-macam kepada peserta didik sehingga melayani kondisi dan karakteristik peserta didik yang berbeda-beda. Sehingga peserta didik memperoleh pengalaman yang  optimal. Dari aspek teknologis, penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan produktivitas pendidikan, memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, memberikan dasar lebih ilmiah pada pembelajaran, dan akses pendidikan menjadi lebih sama bagi semua peserta didik. Dari aspek empiris, menampilkan bahwa ada interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar peserta didik dalam menentukan hasil belajar peserta didik. Peserta didik akan mendapat keuntungan yang signifikan bila belajar dengan menggunakan sumber dan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan gaya belajarnya.
Media secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi motivasi, minat, dan potensi peserta didik dalam belajar serta mampu memvisualisasikan materi abstrak yang diajarkan sehingga memudahkan peserta didik dalam belajar. Fungsi media pembelajaran antara lain sebagai sumber belajar, sebagai fungsi semantik, fungsi manipulatif, fungsi fiksatif, fungsi distributif, fungsi psikologis, dan fungsi sosio-kultural. Di dalam fungsi distributif media pembelajaran memiliki dua kemampuan yaitu mengatasi batas-batas ruang dan waktu serta mengatasi keterbatasan inderawi manusia. Untuk fungsi psikologis sendiri terdiri dari fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, fungsi psikomotorik, fungsi imajinatif, fungsi motivasi.
Secara umum, ada empat jenis media pembelajaran, yaitu media visual, media audio, audio-visual dan multimedia. Sedangkan untuk penggolongan media pembelajaran sendiri didasarkan pada aspek, yaitu berdasarkan bentuk dan ciri fisik, berdasarkan tingkat pengalaman yang diperoleh, berdasarkan persepsi indera, berdasarkan penggunaannya, dan berdasarkan hirarkhi pemanfaatannya. Untuk ciri fisiknya, media pembelajaran dibedakan atas empat macam: media dua dimensi, media tiga dimensi, media pandang diam, media pandang gerak. Gerlac dan Ely (1994) menggolongkannya ke dalam delapan tipe yaitu: benda sebenarnya, presentasi verbal, presentasi grafis, potret diam, film, rekaman suara, pengajaran berprogram, dan simulasi. Berdasarkan jenis dan tingkat pengalaman yang diperoleh, Thomas dan Edgar Dale membuat penggolongan media dari yang konkret ke abstrak. Penggolongan yang dibuat Dale disusunnya ke dalam sebuah bagan yang dikenal dengan “Kerucut Pengalaman Dale”. Berdasarkan penggunaannya, secara garis besar media pembelajaran dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan jumlah penggunaannya, dan pola penggunaannya. Berdasarkan jumlah penggunaannnya, media pembelajaran dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu media pembelajaran yang digunakan secara individual, secara kelompok, dan secara massal. Sedangkan dari pola penggunaannya, media dibedakan atas dua, yakni media yang digunakan secara konvensional, dan media kompleks yang digunakan secara modern. Setiap media memiliki keunggulan dan keterbatasan masing-masing, sehingga tidak ada satu jenis media yang cocok untuk semua peserta didik, tujuan dan materi pembelajaran.
Pemilihan media pembelajaran perlu dilakukan dengan tujuan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Model pemilihan ada dua, yaitu pemilihan tertutup dan pemilihan terbuka. Pemilihan tertutup adalah bersifat top down dari atas, misalnya dari dinas pendidikan. Sedangkan model pemilihan terbuka bersifat bottom up yang dilakukan pihak sekolah. Prinsif yang harus digunakan dalam pemilihan media pembelajaran adalah kesesuaian, ketersediaan, kemudahan sajian, keterjangkauan, kemudahan akses, teknologi, kebaruan, dan pengorganisasian.
Beberapa kriteria yang perlu di perhatikan dalam pemilihan media adalah sebagai berikut: 1) Sesuai dengan tujuan pembelajaran; 2) dapat mendukung isi pelajaran; 3) praktis, luwes, dan tahan; 4) guru terampil menggunakannya: 5) cocok dengan sasaran;  6) berkualitas baik.
Pengembangan media pembelajaran sangat penting di lakukan, baik secara individual, bersama-sama dan atau melibatkan pihak eksternal karena ketersediaan media pembelajaran di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan di lembaga-lembaga pendidikan masih sangat terbatas. Di samping itu pemanfaatan media yang ada juga belum sesuai dengan harapan.
Untuk menghasilkan suatu media pembelajaran yang baik dalam arti efektif meningkatkan mutu pembelajaran, dalam proses pengembangannya di perlukan suatu perancangan yang baik. Media pembelajaran yang baik tidak bisa di buat secara spontanitas dan asal jadi. Dalam penyusunan rancangan, berbagai hal harus diperhitungkan, baik menyangkut aspek materi, media, pedagogig dan sasaran serta tujuan yang hendak dicapai dengan media tersebut.
Menurut Sadiman, dkk (2007), perancangan media pembelajaran melalui 6 tahap kegiatan, yaitu: (1) menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa; (2) merumuskan jutuan pembelajara; (3) merumuskan butir-butir materi; (4) menyusun instrumen  evaluasi; (5) menulis naskah media; (6) melakukan tes/evaluasi. Di samping enam langkah tersebut, tahap validasi ahli sebaiknya dilakukan terhadap naskah media/prototipe yang sudah disusun, yaitu sebelum dilakukan uji coba lapangan.
Format sajian media audio bisa berupa dialog, drama, magazin dan naratif. Sedangkan media audio-visual bisa ditampilkan dalam format drama, animasi, film dokumenter, dan dialog. Media berbasis cetakan banyak jenisnya, antara lain modul atau buku ajar, buku teks, bahan presentasi dan lain-lain.
Pada media audio dan audio-visual, naskah merupakan pedoman dalam pembuatan/produksi program media. Sedangkan pada media berbasis cetakan, naskah adalah bentuk prototipe media itu sendiri. Apapun jenis media pembelajaran yang dikembangkan, memerlukan perancangan yang baik dan sesuai dengan prosedur pengembangan. Tanpa perancangan yang baik, maka media yang baik dalam arti efektif meningkatkan mutu pembelajaran akan sulit diwujudkan. Dalam proses pengembangan, pengembangan naskah media perlu memahami berbagai istilah teknis yang sering digunakan, terutama untuk media audio, audi-visual dan multimedia.
Tahap produksi merupakan tahap perancangan/perencanaan yang akan menjadi kunci keberhasilan tahap selanjutnya. Didalam tahap produksi khususnya untuk media video/pembelajaran berbeda dengan nonpembelajaran. Perbedaan itu terletak pada mulai pencarian ide/eksplorasi gagasan sampai tahap penentuan tujuan, sasaran, penentuan materi. Media video televisi pembelajaran harus mengacu kurikulum, sedangkan nonpembelajaran bebas. Naskah media video/televisi pembelajaran harus dikaji oleh ahli materi, ahli media, dan ahli bahasa. Khusus untuk naskah sinetron dan kartun ditambah  ahli psikologi.
Ada beberapa tahap yang harus dipahami ketika kita akan memproduksi sebuah program video. Tahapan tersebut harus dilakukan agar kita menghasilkan sebuah karya yang memuaskan. Setiap tahap merupakan langkah yang akan menentukan tahapan berikutnya. Untuk mengambil gambar dan suara harus kita sesuaikan dengan kebutuhan dan sasaran yang ada. Kalau kita hanya mempunyai handicam, maka kualitas gambar dan suara sudah kita ketahui, sedangkan untuk kualitas siar, maka kita harus juga memakai kamera dan peralatan perekam suara yang sesuai dengan kualitas stasiun televisi yang menyiarkannya.
Tahapan paska produksi merupakan tahapan akhir dari pembuatan sebuah program video. Tahapan ini merupakan sentuhan akhir sebelum dimanfaatkan atau disiarkan. Setiap tahap memerlukan ketelitian dan orang-orang yang memahami video/televisi. Setelah selesai pada tahap ini harus dikembalikan lagi ke tahap perencanaan yaitu ide/gagasan yang tertuang dalam naskah. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap dampak atau manfaat dari media video tersebut bagi sasaran/penonton dan daya serap materi yang tertuang di dalam media. Apabila sasaran memahami materi yang dijelaskan dan senang pada waktu menonton, maka media tersebut dikatakan berhasil, baik sebagai tuntunan dan sekaligus tontonan.
Proses produksi media audio terdiri dari tiga tahapan, yaitu pra produksi, produksi dan pasca produksi. Tahap produksi merupakan tahap perancangan/perencanaan yang akan menjadi kunci keberhasilan tahap selanjutnya. Media pembelajaran audio harus mengacu kurikulum agar tepat sasaran dan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Luaran yang dihasilkan pada tahap pra produksi adalah naskah media audio. Naskah media pembelajaran harus dikaji oleh ahli materi, ahli media, dan ahli bahasa.
Tahap produksi adalah mencakup kegiatan rembuk naskah, penyusunan skenario, penentuan pemain, perhitungan biaya dan proses perekaman suara. Tahapan pasca produksi merupakan tahapan akhir dari pembuatan media audio. Tahap pasca produksi mencakup proses editing, mixing dan pembuatan master media audio. Setiap tahap memerlukan ketelitian dan orang-orang yang memahami audio. Setelah selesai pada tahap ini harus dikembalikan lagi ke tahap perencanaan yaitu ide/gagasan yang tertuang dalam naskah. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap dampak atau manfaat dari media audio tersebut bagi sasaran/penonton dan daya serap materi yang tertuang di dalam media.
Untuk menghasilkan media yang baik, maka penyusunan harus sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Depdiknas (2008) sebagai berikut: self intructional, self contained, stand alone, adaptive, dan user friendly.
Widodo dan Jasmadi (2006) menyebutkan beberapa langkah-langkah kegiatan dalam proses penyususnan modul sebagai berikut: analisis kebutuhan modul, penyusunan naskah/draf modul, uji coba, validasi, revisi dan produksi.
Bahan ajar multimedia adalah media pembelajaran yang berbasis teknologi multimedia. Dalam pembelajaran berbasis multimedia, peserta didik dapat mempelajari materi ajar yang ada dalam CD/VCD interaktif dilengkapi dengan kuis untuk latihan. Menggunakan CD interaktif, peserta didik dapat menggunakan secara berulang-ulang, individual atau kelompok hingga materinya dapat dipahami. Peserta didik juga dapat melakukan evaluasi terhadap pencapaian belajar melalui kuis yang disediakan secara interaktif.
Prosedur pembuatan bahan presentasi dimulai dengan analisis kurikulum, memilih teknologi, desain, menyusun storyboard dan mengidentifikasi dan mengumpulkan materi. Saat ini, berbagai program aplikasi telah tersedia untuk mendukung pembuatan bahan ajar berbasis multimedia terutama bahan ajar multimedia interaktif seperti Microsoft PowerPoint, Macromedia Flash, Camtasia Recorder, Ulead, Pinnacle, Goldwave dan lain-lain. Sebagian diantaranya dapat diunduh dari internet secara bebas tanpa biaya.
Macromedia Flash merupakan salah satu program aplikasi yang digunakan untuk mendesain animasi yang banyak digunakan saat ini. Saat membuka situs atau halaman internet tertentu, biasanya terdapat animasi objek grafis yang bergerak dari besar menjadi kecil, dari terang menjadi redup, dari bentuk satu menjadi bentuk lain, dan masih banyak yang lainnya.
Camtasia adalah sebuah software yang dirilis oleh TechSmith Corporation, Camtasia Recorder adalah bagian dari Camtasia studio yang berguna untuk membuat record atau rekaman mengenai tampilan pada dekstop.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar