JUDUL
BUKU : KREATIF MENGEMBANGKAN MEDIA PEMBELAJARAN
PENGARANG :
Dr.rer.nat.H. Rayandra Asyhar, M.Si.
PENERBIT
: Gaung Persada Pres
Media
pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat membawa informasi atau pesan
dalam interaksi dalam proses pembelajaran. Penggunaan sumber belajar dan media
pembelajaran merupakan suatu strategi dalam pembelajaran.
Untuk
penggunaannya media pembelajaran selalu dilandasi oleh aspek sejarah,
psikologis, dan empirik. Sejarah penggunaan media dalam proses pembelajaran
dapat menjelaskan ide yang abstrak (penjelasan perbal) dan dapat memudahkan
perta didik terhadap pesan-pesan pembelajaran. Dari aspek psikologis,
penggunaan media dalam pembelajaran dapat menyediakan rangsangan bermacam-macam
kepada peserta didik sehingga melayani kondisi dan karakteristik peserta didik
yang berbeda-beda. Sehingga peserta didik memperoleh pengalaman yang optimal. Dari aspek teknologis, penggunaan
media pembelajaran dapat meningkatkan produktivitas pendidikan, memberikan
kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, memberikan dasar lebih
ilmiah pada pembelajaran, dan akses pendidikan menjadi lebih sama bagi semua
peserta didik. Dari aspek empiris, menampilkan bahwa ada interaksi antara
penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar peserta didik dalam
menentukan hasil belajar peserta didik. Peserta didik akan mendapat keuntungan
yang signifikan bila belajar dengan menggunakan sumber dan media pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik dan gaya belajarnya.
Media
secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi motivasi, minat, dan
potensi peserta didik dalam belajar serta mampu memvisualisasikan materi
abstrak yang diajarkan sehingga memudahkan peserta didik dalam belajar. Fungsi
media pembelajaran antara lain sebagai sumber belajar, sebagai fungsi semantik,
fungsi manipulatif, fungsi fiksatif, fungsi distributif, fungsi psikologis, dan
fungsi sosio-kultural. Di dalam fungsi distributif media pembelajaran memiliki
dua kemampuan yaitu mengatasi batas-batas ruang dan waktu serta mengatasi
keterbatasan inderawi manusia. Untuk fungsi psikologis sendiri terdiri dari
fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, fungsi psikomotorik, fungsi
imajinatif, fungsi motivasi.
Secara
umum, ada empat jenis media pembelajaran, yaitu media visual, media audio,
audio-visual dan multimedia. Sedangkan untuk penggolongan media pembelajaran
sendiri didasarkan pada aspek, yaitu berdasarkan bentuk dan ciri fisik,
berdasarkan tingkat pengalaman yang diperoleh, berdasarkan persepsi indera, berdasarkan
penggunaannya, dan berdasarkan hirarkhi pemanfaatannya. Untuk ciri fisiknya,
media pembelajaran dibedakan atas empat macam: media dua dimensi, media tiga
dimensi, media pandang diam, media pandang gerak. Gerlac dan Ely (1994)
menggolongkannya ke dalam delapan tipe yaitu: benda sebenarnya, presentasi
verbal, presentasi grafis, potret diam, film, rekaman suara, pengajaran
berprogram, dan simulasi. Berdasarkan jenis dan tingkat pengalaman yang
diperoleh, Thomas dan Edgar Dale membuat penggolongan media dari yang konkret
ke abstrak. Penggolongan yang dibuat Dale disusunnya ke dalam sebuah bagan yang
dikenal dengan “Kerucut Pengalaman Dale”. Berdasarkan penggunaannya, secara
garis besar media pembelajaran dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan jumlah
penggunaannya, dan pola penggunaannya. Berdasarkan jumlah penggunaannnya, media
pembelajaran dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu media pembelajaran yang
digunakan secara individual, secara kelompok, dan secara massal. Sedangkan dari
pola penggunaannya, media dibedakan atas dua, yakni media yang digunakan secara
konvensional, dan media kompleks yang digunakan secara modern. Setiap media
memiliki keunggulan dan keterbatasan masing-masing, sehingga tidak ada satu
jenis media yang cocok untuk semua peserta didik, tujuan dan materi
pembelajaran.
Pemilihan
media pembelajaran perlu dilakukan dengan tujuan sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran. Model pemilihan ada dua, yaitu pemilihan tertutup dan pemilihan
terbuka. Pemilihan tertutup adalah bersifat top down dari atas, misalnya dari
dinas pendidikan. Sedangkan model pemilihan terbuka bersifat bottom up yang
dilakukan pihak sekolah. Prinsif yang harus digunakan dalam pemilihan media
pembelajaran adalah kesesuaian, ketersediaan, kemudahan sajian, keterjangkauan,
kemudahan akses, teknologi, kebaruan, dan pengorganisasian.
Beberapa
kriteria yang perlu di perhatikan dalam pemilihan media adalah sebagai berikut:
1) Sesuai dengan tujuan pembelajaran; 2) dapat mendukung isi pelajaran; 3)
praktis, luwes, dan tahan; 4) guru terampil menggunakannya: 5) cocok dengan
sasaran; 6) berkualitas baik.
Pengembangan
media pembelajaran sangat penting di lakukan, baik secara individual,
bersama-sama dan atau melibatkan pihak eksternal karena ketersediaan media
pembelajaran di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan di lembaga-lembaga
pendidikan masih sangat terbatas. Di samping itu pemanfaatan media yang ada
juga belum sesuai dengan harapan.
Untuk
menghasilkan suatu media pembelajaran yang baik dalam arti efektif meningkatkan
mutu pembelajaran, dalam proses pengembangannya di perlukan suatu perancangan
yang baik. Media pembelajaran yang baik tidak bisa di buat secara spontanitas dan
asal jadi. Dalam penyusunan rancangan, berbagai hal harus diperhitungkan, baik
menyangkut aspek materi, media, pedagogig dan sasaran serta tujuan yang hendak
dicapai dengan media tersebut.
Menurut
Sadiman, dkk (2007), perancangan media pembelajaran melalui 6 tahap kegiatan,
yaitu: (1) menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa; (2) merumuskan
jutuan pembelajara; (3) merumuskan butir-butir materi; (4) menyusun
instrumen evaluasi; (5) menulis naskah
media; (6) melakukan tes/evaluasi. Di samping enam langkah tersebut, tahap
validasi ahli sebaiknya dilakukan terhadap naskah media/prototipe yang sudah
disusun, yaitu sebelum dilakukan uji coba lapangan.
Format
sajian media audio bisa berupa dialog, drama, magazin dan naratif. Sedangkan
media audio-visual bisa ditampilkan dalam format drama, animasi, film
dokumenter, dan dialog. Media berbasis cetakan banyak jenisnya, antara lain
modul atau buku ajar, buku teks, bahan presentasi dan lain-lain.
Pada
media audio dan audio-visual, naskah merupakan pedoman dalam pembuatan/produksi
program media. Sedangkan pada media berbasis cetakan, naskah adalah bentuk
prototipe media itu sendiri. Apapun jenis media pembelajaran yang dikembangkan,
memerlukan perancangan yang baik dan sesuai dengan prosedur pengembangan. Tanpa
perancangan yang baik, maka media yang baik dalam arti efektif meningkatkan
mutu pembelajaran akan sulit diwujudkan. Dalam proses pengembangan,
pengembangan naskah media perlu memahami berbagai istilah teknis yang sering
digunakan, terutama untuk media audio, audi-visual dan multimedia.
Tahap
produksi merupakan tahap perancangan/perencanaan yang akan menjadi kunci
keberhasilan tahap selanjutnya. Didalam tahap produksi khususnya untuk media
video/pembelajaran berbeda dengan nonpembelajaran. Perbedaan itu terletak pada
mulai pencarian ide/eksplorasi gagasan sampai tahap penentuan tujuan, sasaran,
penentuan materi. Media video televisi pembelajaran harus mengacu kurikulum,
sedangkan nonpembelajaran bebas. Naskah media video/televisi pembelajaran harus
dikaji oleh ahli materi, ahli media, dan ahli bahasa. Khusus untuk naskah
sinetron dan kartun ditambah ahli
psikologi.
Ada
beberapa tahap yang harus dipahami ketika kita akan memproduksi sebuah program
video. Tahapan tersebut harus dilakukan agar kita menghasilkan sebuah karya
yang memuaskan. Setiap tahap merupakan langkah yang akan menentukan tahapan
berikutnya. Untuk mengambil gambar dan suara harus kita sesuaikan dengan
kebutuhan dan sasaran yang ada. Kalau kita hanya mempunyai handicam, maka
kualitas gambar dan suara sudah kita ketahui, sedangkan untuk kualitas siar,
maka kita harus juga memakai kamera dan peralatan perekam suara yang sesuai
dengan kualitas stasiun televisi yang menyiarkannya.
Tahapan
paska produksi merupakan tahapan akhir dari pembuatan sebuah program video.
Tahapan ini merupakan sentuhan akhir sebelum dimanfaatkan atau disiarkan.
Setiap tahap memerlukan ketelitian dan orang-orang yang memahami
video/televisi. Setelah selesai pada tahap ini harus dikembalikan lagi ke tahap
perencanaan yaitu ide/gagasan yang tertuang dalam naskah. Selanjutnya dilakukan
evaluasi terhadap dampak atau manfaat dari media video tersebut bagi
sasaran/penonton dan daya serap materi yang tertuang di dalam media. Apabila
sasaran memahami materi yang dijelaskan dan senang pada waktu menonton, maka
media tersebut dikatakan berhasil, baik sebagai tuntunan dan sekaligus
tontonan.
Proses
produksi media audio terdiri dari tiga tahapan, yaitu pra produksi, produksi
dan pasca produksi. Tahap produksi merupakan tahap perancangan/perencanaan yang
akan menjadi kunci keberhasilan tahap selanjutnya. Media pembelajaran audio
harus mengacu kurikulum agar tepat sasaran dan sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan. Luaran yang dihasilkan pada tahap pra produksi adalah naskah media
audio. Naskah media pembelajaran harus dikaji oleh ahli materi, ahli media, dan
ahli bahasa.
Tahap
produksi adalah mencakup kegiatan rembuk naskah, penyusunan skenario, penentuan
pemain, perhitungan biaya dan proses perekaman suara. Tahapan pasca produksi
merupakan tahapan akhir dari pembuatan media audio. Tahap pasca produksi
mencakup proses editing, mixing dan pembuatan master media audio. Setiap tahap
memerlukan ketelitian dan orang-orang yang memahami audio. Setelah selesai pada
tahap ini harus dikembalikan lagi ke tahap perencanaan yaitu ide/gagasan yang
tertuang dalam naskah. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap dampak atau
manfaat dari media audio tersebut bagi sasaran/penonton dan daya serap materi
yang tertuang di dalam media.
Untuk
menghasilkan media yang baik, maka penyusunan harus sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan oleh Depdiknas (2008) sebagai berikut: self intructional, self
contained, stand alone, adaptive, dan user friendly.
Widodo
dan Jasmadi (2006) menyebutkan beberapa langkah-langkah kegiatan dalam proses
penyususnan modul sebagai berikut: analisis kebutuhan modul, penyusunan
naskah/draf modul, uji coba, validasi, revisi dan produksi.
Bahan
ajar multimedia adalah media pembelajaran yang berbasis teknologi multimedia.
Dalam pembelajaran berbasis multimedia, peserta didik dapat mempelajari materi
ajar yang ada dalam CD/VCD interaktif dilengkapi dengan kuis untuk latihan.
Menggunakan CD interaktif, peserta didik dapat menggunakan secara
berulang-ulang, individual atau kelompok hingga materinya dapat dipahami.
Peserta didik juga dapat melakukan evaluasi terhadap pencapaian belajar melalui
kuis yang disediakan secara interaktif.
Prosedur pembuatan bahan
presentasi dimulai dengan analisis kurikulum, memilih teknologi, desain,
menyusun storyboard dan mengidentifikasi dan mengumpulkan materi. Saat ini,
berbagai program aplikasi telah tersedia untuk mendukung pembuatan bahan ajar
berbasis multimedia terutama bahan ajar multimedia interaktif seperti Microsoft
PowerPoint, Macromedia Flash, Camtasia Recorder, Ulead, Pinnacle, Goldwave dan
lain-lain. Sebagian diantaranya dapat diunduh dari internet secara bebas tanpa
biaya.
Macromedia
Flash merupakan salah satu program aplikasi yang digunakan untuk mendesain
animasi yang banyak digunakan saat ini. Saat membuka situs atau halaman
internet tertentu, biasanya terdapat animasi objek grafis yang bergerak dari
besar menjadi kecil, dari terang menjadi redup, dari bentuk satu menjadi bentuk
lain, dan masih banyak yang lainnya.
Camtasia
adalah sebuah software yang dirilis oleh TechSmith Corporation, Camtasia
Recorder adalah bagian dari Camtasia studio yang berguna untuk membuat record
atau rekaman mengenai tampilan pada dekstop.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar